Sabtu, 12 Desember 2009

CETAK BIRU HIDUPKU

CETAK BIRU HIDUPKU

Cetak biru hidupku ini saya dedikasikan dan persembahkan dengan penuh rasa cinta, haru dan ketulusan dari lubuk hati yang dalam untuk mengenang ibu yang saya kasihi, Murti, seorang guru yang penuh dedikasi.

Terima kasih tak terhingga saya haturkan untuk Ibu tercinta atas semua cinta tak bersyarat, kasih, perhatian dan terutama pembelajaran hidup yang telah di haturkan untukku, sejak saya masih kecil hingga saat-saat menjelang “kepulangan” Ibu.

Terima kasih, Ibu, karena telah menghidupkan hidup dalam kehidupanku.

Ibu,…I love you dearly…..

Saya menginginkan dan mengharapkan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat, baik untuk diri sendiri maupun keluarga. Untuk itu saya berani mengambil peluang dan membayar sebuah kesuksesan sesuai dengan sisi dan bidang kehidupan yang dimasuki. Karena seorang pria, selain hidup untuk dirinya sendiri juga harus hidup dengan keluarganya, berinteraksi dengan tetangga dan teman-teman dan secara lebih luas berinteraksi dengan orang lain yang ada di lingkungannya.

Saya memilih peran dan profesi sebagai guru. Obsesi saya adalah menciptakan sebuah sistem pendidikan yang mengajari orang-orang dengan cara yang berbeda. Saya tidak mempunyai keinginan atau kemampuan untuk mengubah sistem yang diterapkan sekarang. Tapi saya mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk menciptakan sistem saya sendiri. Dalam keseluruhannya membutuhkan sarana dan media yang dapat menghantarkan kepada kesuksesan, kemenangan dan kebahagiaan tentunya sesuai dengan rambu-rambu syariat sebagaimana telah digariskan islam. Sehingga kesuksesan yang diraih di dunia berimplikasi kepada kesuksesan dan kemenangan di akhirat yang kekal dan abadi, yaitu surga.

Saya senantiasa mempunyai waktu luang untuk menunjukkan penghargaan kepada Ibu Rudji Purwati dan Bapak Sardjikoen S.Pd. Mendengarkan dukanya saat bekerja dikantor, di dapur, keletihannya, penyakitnya. Menjadi bijaksana, mengasihi, dan tetap menunjukkan rasa hormat kepadanya meski barangkali memiliki pandangan yang berbeda.

Saya menjadi anak yang berbahagia yang segera memanfaatkan kesempatan untuk berbakti sehingga disaat mereka pergi, tidak hanya kenangan yang mengenakkan dari masa lalu dan penyesalan yang tertinggal.

Saya akan berusaha optimal merawat dan memelihara di masa tuanya disaat lelah dan menua. Memberikan nafkah. Berusaha menyediakan sarana dan prasarana kegiatan yang di suka dalam mengisi hari tua. Menjalankan amanatnya. Memuliakan serta menyambung tali silahturahmi dengan teman-temannya.

Sebuah kebahagiaan dan kebanggaan adalah sanggup menanggung sebagian/sepenuh biaya pendidikan adik yang aku sayangi Meyta Purnayasari. Sehingga di masa pensiun, Bapak dan Ibu sudah terkurangi pikiran tentang pembiayaan pendidikan.

Saya juga menikah, membangun keluarga yang “SAMARA”. Memberikan anak menantu yang berbakti, saleha lagi rupawan, cucu-cucu yang sehat dan saleh. Bersama-sama merealisasikan konservasi alam yang menjadikan keluarga ini contoh keluarga sadar konservasi dan akan di kenang sepanjang jaman.

Setiap hari saya berterima kasih kepada Allah Ta’ala. Karena mereka dan semua yang saya inginkan adalah menjadi berarti bagi keluarga, pekerjaan, kalangan sosial, teman dan negara ini.

Saya menjadi pria yang taat beragama, yang menjadikan agama sebagai tujuan utama dalam segala hal, terlebih memilih seorang istri yang akan mendampingi dan berinteraksi secara terus menerus adalah sebuah keharusan memiliki kesamaan visi dan misi sehingga mempunyai kesamaan pemikiran, pendapat dan tidak bertolak belakang. Sehingga dengan demikian kehidupan menjadi bahagia dan dipenuhi ketenangan selamanya. Musyawarah mufakat diutamakan apapun sederhananya masalah. Komunikasi dua arah seluruh anggota keluarga menjadi prioritas.

Pernikahan kuat yaitu pernikahan dari dua orang kuat yang dipadukan untuk menjadi semakin kuat yaitu pernikahan penuh kasih sayang, harmonis dan sukses. Kami sama-sama mengetahui, sebelum memulai perjalanan ini bahwa satu-satunya hal yang pada akhirnya harus kami hadapi adalah keraguan, kritik dan kekurangan pribadi kami sendiri. Tugas sejati kami sebagai suami istri, rekan bisnis dan pasangan sejiwa dalam perjalanan ini adalah untuk terus saling mengingatkan bahwa kami masing-masing jauh lebih kuat dari pada keraguab, kecupatan dan kelemahan kami. Dalam proses ini, kami belajar lebih mempercayai diri sendiri. Tujuan akhir kami lebih dari sekedar menjadi kaya, yaitu belajar bisa dipercaya untuk mengendalikan diri sendiri dan uang kami dengan berhasil mengelola cash flow dengan baik dan benar. Kami harus terus menerus memperkuat realitas, pikiran dan perkataan menjadi kenyataan.

Saya menjalani kesuksesan dalam menjalani kehidupan dengan istri. Karena kesuksesan dalam membina rumah tangga dengan istri akan membuahkan kesuksesan yang beruntut dalam bidang lainnya. Saya mempunyai istri yang berprofesi di bidang kesehatan dengan mengabdikan diri pada negara. Dengan jarak usia 5-8 tahun lebih muda. Saleha. Berkarisma, anggun dan berprestasi. Mempunyai unit usaha mandiri. Mempunyai kearifan lokal. Mencintai budaya dan tradisi jawa.

Saya mempunyai dua orang anak dan sukses mendidiknya menjadi generasi yang saleh dan sukses dalam kehidupan di masa depan. Menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat dan menjadi orang-orang yang saleh dalam menjalani kehidupan. Mereka mendapatkan 7 tahun pertama penuh masa bermain, 7 tahun kedua penuh masa pendidikan IQ, EQ dan SQ, 7 tahun berikutnya masa pendidikan EQ, SQ dan FQ. Bentuk dukungan keuangan yang diberikan pada anak-anak dalam tahun-tahun dewasa awal (18-25 tahun) adalah modal membangun bisnis sendiri. Selain itu kami membebaskan mereka berprofesi sesuai minat, bakat dan pilihannya sendiri.

Saya memiliki rumah di pegunungan. Rumah tersebut khas beridiom minimalis, bersih dan tegas. Tanah dipagari pohon pinus merkusi, dan mungkin punya kolam ikan karena saya suka memancing. Yang saya inginkan adalah jalan kerumah berbatu alam dengan pohon-pohon berbaris di kedua tepinya. Dilengkapi green house. Rumah bukan sekedar gedung, saya akan melakukan segala yang dapat saya lakukan untuk membuat rumah lebih dari sekedar tempat makan dan tidur. Tentu saja, saya tidak bermaksud mengabaikan Allah Ta’ala dalam rencana saya dan sepanjang tahun saya akan menghabiskan waktu dalam jumlah tertentu dalam kegiatan keagamaan.

Sepuluh tahun dari sekarang saya ingin dapat mengajak keluarga saya dalam perjalanan keliling Indonesia bahkan dunia. Saya sangat ingin melakukan ini sebelum keluarga kami mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia karena perkawinan, pekerjaan dan sebagainya. Jika kami tidak bisa meluangkan waktu untuk mengadakan perjalanan tersebut sekaligus, kami akan membaginya dalam empat atau lima acara liburan dan mengunjungi bagian dunia yang berbeda tiap tahun.

Dengan sendirinya, semua rencana ini bergantung pada berapa baik segala sesuatunya berlangsung di dalam bidang pekerjaan dan penghasilan maka saya harus bekerja keras dan cerdas jika ingin mencapai semua ini.

Percaya pada diri sendiri dan memulainya hari ini.