Rabu, 17 April 2013

Manisnya Lidah Buaya di Kota Batu



DALAM rangka pembinaan penyuluhan kehutanan tahun 2013 Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur melaksanakan pembinaan terhadap 76 Penyuluh Kehutanan dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Timur yang berlokasi di Hotel Kartika Wijaya Jln. Panglima sudirman Kota Batu selama 3 hari mulai hari Selasa tanggal 16 April s/d 18 April 2012. Dalam acara ini selaian pembekalan ruang juga dilaksanakan kunjungan lapang. Kunjungan lapang dilaksanakan di Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Anggalesta yang ada di Kelurahan Ngagglik bermarkas di Jalan Suropati Gang Yoga.
Kalau selama ini, Kota Batu terkenal dengan minuman sari apel dan sari aneka buah lainnya. Gapoktan ini memilih untuk mengembangkan produk olahan lidah buaya yang selama ini masih jarang diproduksi di Kota Batu dan daerah lainnya. Meski terbilang baru, mereka berharap produk olahan lidah buaya bisa menjadi andalan Kota Batu, seperti sari apel yang sudah ada.

Lidah buaya, siapa yang tidak kenal jenis tanaman satu ini. Lendir atau getah yang dihasilkan dari daun lidah buaya umum digunakan sebagai penyubur rambut. Dalam dunia industri, lidah buaya banyak dimanfaatkan untuk kosmetik, farmasi, kimia, makanan dan minuman. Daging lidah buaya mengandung mineral, asam amino, serat, enzim-enzim, vitamin,serta berbagai zat bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan dan kecantikan.

Untuk bisa mengolah lidah buaya, mereka harus mencari informasi lebih dulu melalui internet sekitar delapan bulan lalu. Informasi lain dari berbagai referensi pun dikumpulkan. Pengolahan produk itu mendapat bimbingan dari Gapokltan Anggalesta yang membudidayakan lidah buaya. Dari berbagai percobaan, akhirnya dapat menghasilkan minuman sari lidah buaya, bubuk instant lidah buaya dan permen lidah buaya.

Pengolahan lidah buaya itu sebelumnya terinspirasi dari testimoni Ketua Gapoktan Anggalesta, Drs. Muhammad A. Aji yang awalnya terkena penyakit gula. Setelah mengkonsumsi lidah buaya instant, ada perubahan pada kesehatannya yang menjadi lebih baik. Dari inspirasi itulah, akhirnya kelompok tani yang dipimpinnya memproduksi olahan lidah buaya. pemasarannya masih mengandalkan getuk tular dan pameran-pameran yang di gelar Pemkot Batu dan instansi lainnya. Kami juga bekerjasama dengan travel dan biro perjalanan,” terangnya.
Produksi olahan itu mampu memberikan penghasilan tambahan bagi ibu-ibu rumah tangga yang ada di sekitar Kelurahan Ngagglik. Setiap harinya, jumlah produksi minuman sari lidah buaya mencapai 25 dus cup kecil. Sehingga bisa memberikan kesejahteraan kepada keluarganya.
“Meski belum booming seperti sari apel, kami berharap sari lidah buaya juga bisa menjadi andalan Kota Batu dan menjadi ikon Kota Batu, selain apel. Karena sudah banyak yang merasakan khasiat dari lidah buaya,” terangnya.Untuk mewujudkan hal itu, kelompok tani itu akan membangun outlet dilokasi yang strategis agar lebih mudah dijangkau para wisatawan. Agar olahan lidah buaya dapat semakin dikenal masyarakat.