Jumat, 30 Agustus 2024

Demo Plot Edukasi Perbenihan Tanaman Hutan Di Kelompok Tani Hutan (KTH) Enggal Mulyo Lestari Desa Mrayan Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo

 


Generasi muda saat ini telah banyak melakukan aksi nyata dan gerakan ramah lingkungan untuk menanggulangi perubahan iklim. Agar upaya yang dilakukan mereka berdampak lebih luas bagi masyarakat, Kelompok Tani Hutan (KTH) Enggal Mulyo Lestari Desa Mrayan Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo terus melakukan edukasi dan penyebaran informasi tentang permasalahan lingkungan dan cara pengelolaannya salah satunya dengan membangun demo plot edukasi perbenihan tanaman hutan bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Program Studi Budidaya Pertanian Universitas Darussalam Gontor, CDK Wilayah Pacitan dan UPT Perbenihan Tanaman Hutan.

Edukasi perbenihan tanaman hutan memiliki banyak manfaat yang signifikan, terutama bagi generasi muda dan lingkungan. Berikut beberapa manfaat utamanya:

  1. Pelestarian Keanekaragaman Hayati: Edukasi ini membantu generasi muda memahami pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dengan memilih dan menanam benih yang sesuai dengan ekosistem lokal.
  2. Peningkatan Kesadaran Lingkungan: Dengan memahami proses perbenihan, generasi muda menjadi lebih sadar akan pentingnya hutan dan peran mereka dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
  3. Pengembangan Keterampilan Teknis: Edukasi ini memberikan keterampilan praktis dalam mengelola benih, mulai dari pengumpulan, penyimpanan, hingga penanaman, yang dapat berguna dalam berbagai profesi di bidang kehutanan dan lingkungan.
  4. Kontribusi pada Rehabilitasi Hutan: Pengetahuan tentang perbenihan tanaman hutan memungkinkan generasi muda untuk berpartisipasi aktif dalam program rehabilitasi dan reboisasi hutan yang rusak.
  5. Pemberdayaan Ekonomi: Edukasi ini juga dapat membuka peluang ekonomi baru, seperti usaha pembibitan tanaman hutan yang dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat lokal.
  6. Peningkatan Kapasitas Adaptasi: Dengan memahami teknik perbenihan yang baik, generasi muda dapat membantu mengembangkan hutan yang lebih tahan terhadap perubahan iklim dan bencana alam.

Memulai perbenihan tanaman hutan melibatkan beberapa langkah penting. Berikut adalah panduan umum untuk memulai:

  1. Pemilihan Jenis Tanaman: Tentukan jenis tanaman hutan yang akan diperbanyak. Pilih jenis yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat dan tujuan konservasi atau komersial.
  2. Pengumpulan Benih: Kumpulkan benih dari pohon induk yang sehat dan berkualitas. Pastikan benih yang dikumpulkan berasal dari sumber yang terpercaya dan memiliki sertifikasi mutu.
  3. Pengolahan Benih: Lakukan pengolahan benih untuk meningkatkan daya kecambah. Ini bisa meliputi pembersihan, pengeringan, dan perlakuan khusus seperti skarifikasi atau stratifikasi.
  4. Penyemaian: Siapkan media tanam yang sesuai dan lakukan penyemaian benih. Pastikan media tanam memiliki drainase yang baik dan cukup nutrisi untuk mendukung pertumbuhan bibit.
  5. Pemeliharaan Bibit: Lakukan pemeliharaan bibit dengan memberikan penyiraman, pemupukan, dan perlindungan dari hama dan penyakit. Pemeliharaan yang baik akan menghasilkan bibit yang sehat dan siap tanam.
  6. Penanaman di Lapangan: Setelah bibit cukup kuat, lakukan penanaman di lapangan. Pilih lokasi yang sesuai dengan kebutuhan tanaman dan pastikan kondisi tanah dan iklim mendukung pertumbuhan tanaman.
  7. Pemantauan dan Evaluasi: Lakukan pemantauan secara berkala untuk memastikan pertumbuhan tanaman berjalan dengan baik. Evaluasi hasil perbenihan untuk perbaikan di masa mendatang.

Hutan rakyat tidak hanya sebagai sumber daya alam yang berharga, tetapi juga merupakan pusat pendidikan lingkungan yang tak ternilai. Manfaatnya yang banyak membuka peluang bagi masyarakat desa untuk meningkatkan kesadaran lingkungan, mengembangkan keterampilan konservasi, dan memastikan masa depan yang berkelanjutan.


Selasa, 28 November 2023

KOPI ARABIKA MIX DARI DUKUH SEDAYU DESA TALUN KECAMATAN NGRAYUN KABUPATEN PONOROGO

 

Desa Talun Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo merupakan sebuah desa yang berada di lereng Gunung Wilis di wilayah Kabupaten Ponorogo dengan iklim yang sejuk dan cenderung dingin untuk wilayah Ponorogo. Disini terdapat destinasi wisata Telaga Ngebel yang sangat indah didukung oleh pemandangan alam yang eksotik dan menjadi primadona wisata Ponorogo. Masyarakat Desa Ngebel menggantungkan hidupnya pada aktifitas wirausaha dengan membangun lapak-lapak dan warung makanan, permainan air, home stay sampai usaha perhotelan.
Komoditas pertanian sangat melimpah seperti buah durian, manggis, nangka, alpokat, pisang dan produk tanaman keras yang meliputi kopi, cengkeh, petai, kelapa dan kluwak.  Produk empon-empon juga melimpah dan menjadi komoditas pertanian yang menjanjikan. Kopi wilis umumnya adalah kopi robusta dari sisa-sisa kopi perkebunan Belanda yang saat ini ditanam dan dikembangkan di kebun-kebun milik masyarakat yang tersebar di kawasan lereng gunung wilis termasuk di wilayah Ngebel. Selama ini komoditas pertanian di wilayah Ngebel termasuk kopi masih dipasarkan dalam bentuk produk dasar sehingga belum memberikan nilai tambah yang signifikan. Di Area wisata Telaga Ngebel banyak lapak-lapak yang menyajikan minuman kopi panas bagi wisatawan. Namun mereka lebih menonjolkan kopi pabrikan yang umumnya sudah tersedia dalam bentuk saset atau dalam kemasan 3 in 1, sementara kopi asli dari lereng Gunung Wilis kurang diperkenalkan kepada wisatawan.
Untuk itu CDK Wilayah Pacitan melalui Kelompok Tani Hutan (KTH) Sumber Sekar Lestari Desa Talun Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo dengan kepeloporan petani muda Suliono mengembangkan kopi arabika mix ngebel dengan merek dagang kopi candu dengan dipadukan gula aren yang juga diproduksi oleh petani yang tergabung di Kelompok Tani Hutan (KTH) Sumber Sekar Lestari.
Kopi di Desa Talun Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo dijual dalam keadaan glondongan merah, hal ini karena masih sangat terbatasnya pengetahuan dan peralatan yang dimiliki sehingga para petani tidak bisa mengolah kopi tersebut menjadi kopi kering ataupun kopi bubuk. Saluran distribusi nya terdapat 2 macam saluran, yaitu saluran I terdiri dari petani – KTH – pedagang pengecer – konsumen dan saluran ke II terdiri dari petani – pedagang pengumpul – pedagang pengecer – konsumen. Saat ini petani kopi hanya melakukan fungsi penjualan, pengangkutan, informasi harga dan pembiayaan. Pedagang pengumpul melakukan fungsi pengangkutan, pertukaran informasi harga dan pengumpulan. Sedangkan KTH melakukan fungsi pengumpulan, informasi harga dan memproduksi. Dalam hal ini KTH mengolah kopi menjadi bubuk yang sudah dikemas secara baik dan menjulnya di hotel dan kafe – kafe disekitar tempat wisata Telaga Ngebel. Dari perhitungan efisiensi saluran distribusi kopi Talun, diperoleh hasil bahwasannya saluran distribusi I jauh lebih efisien daripada saluran distribusi II.