Berdasarkan catatan tertua tentang aren pada prasisti Talang Tuo, aren sudah ada sejak zaman kerajaan Sriwijaya. Tertera di prasisti tersebut aren adalah tanaman yang ditanam oleh raja siriwijaya pada tahun 680 M (abad ke-7) di Taman Sriwijaya (Taman Śrīksetra) untuk kepentingan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar (Wikipedia). Hal ini menyatakan bahwa aren telah lama dikenal dan berguna (ramah) bagi masyarakat.
Seperti diketahui, Kerajaan Sriwijaya yang membangun Taman Sriwijaya terletak di bataran Sungai Musi (saat ini didaerah Gandus – Kota Palembang). Sebagai kerajaan di daerah pesisir, kerajaan Sriwijaya telah mengelola aren di lahan berair (gambut). Hal ini memberikan informasi bahwa pengelolaan wilayah pesisir (termasuk gambut) telah ada sejak abad ke-7 di masa pemerintahan Kerajaan Sriwijaya (berdasarkan catatan di Prasasti Talang Tuo) dan salah satu tanaman yang dinaman oleh raja adalah aren. Ini menandakan aren telah dibudidayakan dimasa itu. Budidaya aren pada masa itu mengindikasikan bahwa aren memberikan manfaat bagi masyarakat (untuk campuran ramuan masakan) juga untuk perekonomian masyarakat (jual-beli/barter). Ini juga memberikan informasi bahwa, pengelolaan aren (panen dan pasca panen) telah dikenal sejak dahulu.
Bercermin dari kisah masa lalu tentang aren dan kerajaan sriwijaya, maka aren termasuk tanaman yang dikembangkan oleh kerajaan Sriwijaya di taman sriwijaya besama tamanaman lainnya (kelapa, nipah dll). Hal ini menandakan bahwa aren adalah tanaman yang cocok/bersahabat dengan tanaman lainnya.
Kemampuan aren dalam menjaga kondisi tanah
Karakteristik tanaman aren adalah memiliki tajuk dengan pelepah daun yang menghadap ke atas (seperti corong), sehingga menampung tetesan air hujan. Adanya pangkal pelepah yang melebar, memungkinkan untuk menampung banyak air hujan, sehingga mengurangi jumlah air hujan yang jatuh ke tanah. Selain itu adanya ijuk yang lebat mengelilingi pohon aren, menjadi membran penyerap air hujan (setidaknya mengurangi kecepatan jatuh air hujan ke tanah). Berdasarkan karaktersitik tajuk dan daun serta ijuk aren ini, menjadikan aren sebagai tanaman yang mempu mereduksi jumlah air hujan yang jatuh ke tanah. Hal ini mengurangi resiko run-off dan volume air hujan yang mengalir di tanah sehingga mengurangi laju erosi.
Akar aren yang berbentuk serabut dan terdapat akar tunjang yang menghujam ke tanah dengan kedalaman mencapai > 5 bahkan 8 meter, memungkinkan aren untuk menyangga tanah disekitarnya. Hal ini berguna untuk menahan tanah dari peristiwa erosi dan longsor. Untuk menopang besarnya pohon aren, akar serabut aren menggenggam erat tanah disekitarnya, sehingga dibeberapa daerah berbukit, aren digunakan sebagai tanaman penyangga tebing. Selain itu, tebalnya akar aren, memungkinkan untuk menyimpan air tanah. Hal ini berguna untuk menjaga jumlah air tanah yang dibutuhkan. Oleh karenanya aren dapat digunakan sebagai tanaman penampung air untuk daerah-daerah kritis.
Sebagai tanaman berdaun hijau, aren menghasilkan oksigen yang berguna bagi aktivitas makhluk hidup lainnya. Dengan jumlah daun yang terbatas, aren tetap memberikan kontribusi dalam menjaga kesejukan (dari konsumsi oksigen dan pelindung terpaan cahaya matahari)
Sebagai tanaman multiguna, masyarakat petani aren dapat memanfaatan hampir semua bagian aren untuk kepentingan ekonomis. Mulai dari akar dapat diperjual belikan dalam bentuk ramuan, pohon yang memiliki lapisan keras dapat dibuat untuk berbagai benda mebeler, sagu sebagai sumber pakan, daun dan lidi untuk kebutuhan atap dan sapu, nira untuk kebutuhan konsumsi gula dan kesehatan, buah kolang-kaling untuk gizi dan pengobatan, serta turunan lainnya dari nira aren (berupa gula cetak/atok, gula semut, gula cair, nata pinnata dan lainnya). Kemanfaatan aren ini memberikan nilai tambah sekaligus aren sebagai tanaman ramah lingkungan karena memberikan banyak kemanfaatan.
Tumbuhan aren yang tumbuh subur dan berbatang besar, dapat tumbuh dalam koloni (gerombolan pohon) hingga menjadi hutan aren, ataupun tumbuh secara individu diantara tanaman lainnya. Pekebun kopi di beberapa daerah di dataran tinggi (seperti Jambi, Bengkulu) mengunakan aren sebagai tanaman pelindung kopi. Selain itu, aren juga tumbuh berdampingan dengan tanaman sayur-sayuran, tanaman perkebunan lainnya seperti dengan sawit, kakau, karet dan lainnya. Hal ini menandakan bahwa aren mampu hidup saling melengkapi dengan tanaman lainnya.
Pohon aren memiliki kemampuan terlama dan terbanyak dalam menahan volume air hujan di atas pohon. Saat hujan, setiap batang pelepah daun dapat menahan 1-2 liter selama beberapa jam. Pada umur 5-7 tahun, pohon aren memiliki pelepah dari pangkal batang hingga ke ujung pohon, sehingga memberikan waktu yang panjang untuk tanah di bawah pohon untuk dapat menyerap lebih banyak air, dan dengan sendirinya akan menyimpan air tanah yang paling banyak. Penelitian sementara dari ahli geologist, pohon aren dapat menyimpan dan menyerap 200 liter air. Dengan demikian akan sangat berperan untuk mencegah banjir, dalam umur 3 tahun saja sudah dapat menjapai tingkat maksimal peran penyerapan air.
Selain sangat baik menyimpan air, Pohon aren juga sangatlah efektif menahan tanah. Hal ini disebabkan sistem perakaran pohon aren sangat dalam menancap kedalam tanah. Dengan sifatnya yang banyak menyimpan air dapat menyuburkan pohon dan tanaman lainya yang ada dibawah atau disekitarnya, pohon aren dijadikan tanaman perintisan pada lahan-lahan gundul. Pohon aren akan tetap tumbuh dan tetap memberikan nilai ekonomi meskipun nantinya telah tertutupi oleh pohon lainnya yang tumbuh menyusul, karena pohon aren memiliki batas ketinggian dan akan selalu tumbuh dan mati setelah mencapai umur dan ketinggian tertentu (Maramis 2008).
Berdasarkan sifat internal dan eksternalnya, tipe batang Arenga pinnata termasuk ke dalam jenis pohon. Menurut Mulyani (2006), struktur umum yang dimiliki pada batang, pada bagian luar terdapat epidermis yang ditutupi oleh bahan lemak alam yang sangat tahan air (kutin). Lapisan kutin disebut dengan kutikula. Pada Arenga pinnata, kutikulanya cukup tebal, bersifat kedap air dan gas (impermeabel). Bagian sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri dari jaringan parenkim, kolenkim, dan sklerenkim. Di sebelah dalam korteks terdapat silinder pusat yang berisi jaringan pembuluh tersusun yang biasa disebut ikatan pembuluh (berkas pengangkut). Setiap berkas pengangkut terdiri atas xilem di bagian dalam dan floem di bagian luar. Pada Arenga pinata, berkas pengangkut tersebar pada seluruh batang. Di antara xilem dan floem tidak terdapat kambium, sehingga disebut dengan tipe kolateral tertutup.
Arenga pinnata pun digunakan dalam mencegah erosi ataupun longsor. Sebagai tumbuhan kelas monokotil, Arenga pinnata memiliki akar tipe serabut. Akar serabut dan bulu akar yang banyak berfungsi untuk berpegangan pada tanah. Kelebihan akar renga pinnata adalah, sistem perakarannya kuat dan panjang. Sistem perakaran Arenga pinnata sangat dalam hingga mencapai kedalaman 15 meter dengan lebar mencapai 10 meter. Dengan sistem perakaran yang cukup kokoh dan sangat panjang tersebut dapat memberikan kestabilan pada tanah. Selain sebagai alat transportasi mineral dan zat hara, akar pada Arenga pinnata lebih berfungsi sebagai jangkar, melihat sistem perakarannya yang begitu kokoh dan panjang. Struktur tumbuhan yang paling berperan dalam pencegahan banjir adalah jaringan parenkim. Jaringan parenkim merupakan jaringan dasar yang terdapat di seluruh tubuh tumbuhan. Sebagian besar tubuh tumbuhan, seperti empulur, hampir semua korteks akar dan batang, perisikel, mesofil daun, dan daging buah terdiri atas parenkim. Sel parenkim juga terdapat di dalam xilem dan floem. Berdasarkan fungsinya, parenkim dapat dibedakan menjadi parenkim asimilasi, parenkim penimbun, parenkim air, dan arenkim. Parenkim air merupakan sel parenkim yang berfungsi menyimpan air sebagai bahan cadangan. Umumnya sel berukuran besar, berdinding tipis, lapisan sitoplasmanya tipis, mengandung hanya sedikit kloroplas atau bahkan tidak ada sama sekali. Sel penyimpan air memiliki vakuola besar yang berisi cairan berlendir. Senyawa berlendir ini dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan air dan juga terdapat dalam sitoplasma maupun dinding sel (Mulyani 2006). Sel parenkim pada Arenga pinnata terdapat pada akar, batang, maupun daunnya. Porsi terbesar yang dapat menampung air terletak pada batangnya. Hal tersebut dikarenakan volume batang merupakan organ yang paling terbesar yang memungkinkan tertampungnya air. Batang Arenga pinnata tertinggi memiliki tinggi hingga 25 m dengan diameter mencapai 65 cm. Jika ditotalkan, volume batang dapat mencapai 16,25 m2. Jika dikurangi bagian epidermis serta lapisan yang tidak berparenkim, dan ditambah dengan parenkim yang terdapat pada akar, daun dan pelepahnya, sebuah Arenga pinnata dapat menampung air hingga 200 liter. Air dapat tertampung di dalam tubuh tumbuhan dengan watku yang relatif lama dikarenakan tingkat transpirasi yang rendah. Transpirasi dicegah dengan adanya lilin yang cukup tebal pada bagian daun, serta kutikula yang tebal dan berlilin pada bagian batang. Sehingga, laju transpirasi dapat diperlambat. Anatomi palem tersebut yang dimanfaatkan oleh para konservaser alam dalam mencegah banjir.
Untuk maksud tersebut, maka perlu dipilih jenis komoditas yang tepat agar di samping dapat berkembang baik pada kondisi lahan marginal, juga dapat memberikan pendapatan yang tinggi bagi petani serta pengembangan ekonomi secara regional atau kawasan.
Tanaman aren (Arenga pinnata Merr) adalah salah satu tanaman perkebunan dan kehutanan yang sangat cocok untuk tujuan tersebut karena memiliki daya adaptasi terhadap berbagai kondisi lahan dan agroklimat, memiliki toleransi yang tinggi dalam pola pertanaman campuran termasuk dengan tanaman kayu, tumbuh relatif cepat serta memiliki perakaran dan tajuk yang lebat sehingga sangat cocok untuk tujuan konservasi tanah dan air, merupakan tanaman serbaguna karena hampir semua bagiannya bernilai ekonomi dan, tidak membutuhkan pemeliharaan intensif sehingga cocok bagi petani miskin di lahan marginal. Di samping itu, tanaman aren menghasilkan biomas di atas tanah dan dalam tanah yang sangat besar (1 hingga 2 ton/pohon), sehingga dapat berperan penting dalam CO2 sequestration.
Setiap pohon aren rata-rata menghasilkan 15 liter nira/hari dengan rendemen gula sekitar 12 % yang dapat disadap terus-menerus selama 3 – 5 tahun. Aren juga menghasilkan ijuk rata-rata 2 kg/pohon/tahun yang di panen mulai umur 4 hingga 9 tahun dan menghasilkan buah untuk kolang-kaling 100 kg/pohon, dan tepung sagu rata-rata 40 kg/pohon (jika tidak disadap). Terakhir, setelah selesai masa produktifnya, kayunya dapat diolah menjadi mebel dan kerajinan tangan dengan tekstur yang khas (exotic), serta bahan bakar untuk pengolahan nira.
Kemampuan petani menyadap aren rata-rata 15 pohon/orang/hari sehingga setiap petani dapat menghasilkan nira rata-rata 225 liter/hari yang dapat menghasilkan alcohol berkadar 80 % sekitar 19 lietr.hari atau 570 liter/bulan. Jika harga alkohol 80 % di tingkat petani Rp 5.000/kg maka pendapatan petani dari nira saja akan mencapai Rp 2.850.000/bulan. Di samping itu, petani masih akan mendapat tambahan pendapatan dari ijuk dan kolang-kaling.
Mengingat aren baru dapat disadap setelah berumur 5-10 tahun, maka penanamannya harus dilakukan secara bertahap dalam 5 – 6 tahun dan dalam bentuk farming system dengan kombinasi tanaman yang lebih awal dipanen misalnya tanaman semusim, tanaman atsiri, tanaman obat-obatan, atau kopi (2 tahun), dan kakao (2,5 tahun) tergantung topografi lahan dan peluang pasar. Oleh karena proses pengolahan alkohol menggunakan bahan bakar kayu, maka penanaman aren ini harus dikombinasikan dengan tanaman kayu seperti sengon (legume tree crops) yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar dan sumber bahan organik sekaligus sebagai tanaman pelindung bagi aren muda. Salah satu kelebihan dari tanaman aren adalah investasi penanaman hanya satu kali, karena setelah tanaman mati, anakan dari buahnya sudah tumbuh dalam jumlah banyak hingga dapat membentuk hutan aren.
Dengan demikian, peranan aren dalam pengelolaan lingkungan mencakup peranan langsung dan tidak langsung. Peranan langsung setidaknya melalui tiga aspek yaitu: (a) fungsi hidrologis yaitu kemampuan daun dan perakaran mengendalikan aliran permukaan, (b) fungsi penangkapan karbon yaitu produksi biomass yang sangat tinggi baik di dalam maupun di atas permukaan tanah, dan (c) pengurangan emisi yaitu penggunaan etanol sebagai energi. Peranan tidak langsungnya melalui fungsi perbaikan kesejahteraan petani yang dapat mencegah perusakan hutan. (Dr. Slamet W)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar