Jumat, 28 Juni 2019

Usaha Gaharu dan Olahan Bambu di KTH Silva Lestari Desa Tempuran Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo



Dibantu tiga orang, dalam satu hari Didik mampu memproduksi satu kwintal tusuk sate basah. "Tusuk sate yang sudah jadi tidak bisa langsung dipasarkan tapi harus dikeringkan terlebih dahulu," ujar Didik.
Sementara itu ada yang berbeda produksi tusuk sate Didik dibanding yang lainnya. Tusuk sate buatan Didik lebih awet dan tidak mudah berjamur. Pasalnya ada proses penguapan dengan menggunakan belerang. "Tusuk sate buatan saya bisa tahan 6 bulan tanpa berjamur," papar Didik.
Saat ini akibat musim penghujan yang terus menerus melanda Ponorogo, Didik pun membeli oven untuk mengeringkan tusuk sate buatannya. "Karena hujan hampir tiap hari saya kesulitan saat proses pengeringan, jadinya sekarang pakai oven supaya cepat pengeringannya," imbuh Didik.
x

Dalam rangka studi banding/widyakarya penyuluh kehutanan CDK Wilayah Pacitan memilih Kelompok Tani Hutan (KTH) Silva Lestari Desa Tempuran Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo dengan produk unggulan budidaya pohon gaharu dan cendana serta olahan bambu untuk tusuk sate, cilok dan lidi dupa. Pohon Gaharu merupakan pohon termahal di dunia. Bahkan, harga pohon gaharu dapat melebihi harga pohon Jati ataupun pohon ulin (Kayu Besi) sekalipun, apalagi bila dibandingkan dengan pohon sengon
Harga terendah dari 1 kg kayu Gaharu adalah 300 ribu rupiah, sedangkan harga tertinggi kayu Gaharu dapat mencapai lebih dari 100 juta rupiah per kilogram-nya. Di pasaran sendiri kayu ini rata-rata dijual dengan harga 10 sampai dengan 35 juta per kilogram.
Pohon ini sudah dapat dipanen dalam kurun waktu 5 tahun serta besarnya pohon ini memiliki rata-rata diameter 40 cm hingga 60 cm dan tingginya dapat mencapai 40 m. Artinya apabila dikonversi satu pohon saja dapat menghasilkan puluhan kilogram kayu gaharu.
Pasar dari kayu Gaharu pun tidak main-main. Kayu Gaharu ini sangat diminati oleh negara-negara timur tengah, seperti Arab Saudi, Qatar, Yaman, Oman, Palestina, Suriah, Turki, Persia, Iran, Kuwait, dan Irak. Selain itu, Tiongkok, Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan Singapura pun menjadi negara importir kayu Gaharu yang cukup potensial dewasa ini.

Saat ini anggota KTH Silva Lestari yang lagi fokus pada usaha olahan bambu tidak hanya membuat tusuk sate saja, dia juga membuat tusuk sempol, jajanan yang sedang melejit di Ponorogo. Ukuran tusuk sate pun bermacam-macam tergantung permintaan pelanggan. Ada yang 20 cm panjangnya, ada yang 25 cm dan 30 cm
.

Sertifikasi VLK Hutan Rakyat di 8 Kelompok Tani Hutan (KTH) di Kabupaten Ponorogo


Sistem verifikasi legalitas kayu (SVLK) atau TLAS merupakan sistem  verifikasi untuk memastikan pelacakan yang disusun secara multistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia. Sistem verifikasi legalitas kayu dikembangkan untuk mendorong implementasi peraturan pemerintah yang berlaku terkait perdagangan dan peredaran hasil hutan yang legal di Indonesia seperti yang di atur dalam Peraturan Menteri Kehutanan  No. P.38/Menhut –II/2009 Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau Pada Hutan Hak, Standard dan Pedoman Penilaian Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu. Peraturan menteri kehutanan ini juga dilakukan perubahan dengan terbitnya Peraturan Menteri Kehutanan No. P.68/Menhut-II/2011 Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan No. P.38/Menhut –II/2009 Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang Izin atau Pada Hutan Hak, Standard dan Pedoman Penilaian Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu

Sistem verifikasi legalitas kayu diterapkan di Indonesia untuk memastikan agar semua produk kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia memiliki status legalitas yang meyakinkan. Konsumen di luar negeri pun tidak perlu lagi meragukan legalitas kayu yang berasal dari Indonesia. Para petani dari hutan rakyat dan masyarakat adat dapat menaikkan posisi tawar dan tidak perlu risau hasil kayunya diragukan keabsahannya ketika mengangkut kayu untuk dijual. Para produsen mebel yakin akan legalitas sumber bahan baku kayunya sehingga lebih mudah meyakinkan para pembelinya di luar negeri. 

SVLK diterapkan secara wajib (mandatory) untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan hutan dan menjaga kredibilitas legalitas kayu dari Indonesia. Seperti halnya di atur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No 64 Tahun 2012 bahwa ada 40 jenis produk berbasis kayu 16 di anataranya per 1 Januari 2013 wajib  memiliki sertifikat SVLK sedangkan 14 yang lainnya per 1 Januari 2012. Bagi unit manajemen yang telah mendapatkan sertifikasi lacak balak (Chain of Custody/CoC) maka implementasi SVLK bersifat voluntary, karena unit manajemen telah memenuhi aspek keterlacakan asal usul kayu dan legalitas, bahkan lebih dari itu telah memenuhi asas kelestarian hutan.

Delapan Kelompok Tani Hutan di Kabupaten Ponorogo yang akan difasilitasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Serta Dinas Kehutanan Jawa Timur adalah KTH Enggal Mulyo Lestari Desa Mrayan Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo; KTH Arga Lestari Desa Selur Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo; KTH Argo Lestari Desa Wayang Kecamatan Pulung Kabupaten Ponorogo; KTH Manunggal Lestari Desa Karangpatihan Kecamatan Balong; KTH Gading Lestari Desa Ngendut Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo; KTH Ijo Lestari desa Pohijo Kecamatan Sampung; KTH Argo Pager Gumolong Lestari desa Pager Ukir Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo 

Kamis, 27 Juni 2019

APA DAN BAGAIMANA SVLK

Apakah SVLK?
Sistem Verifikasi dan Legalitas Kayu (SVLK) merupakan sistem pelacakan yang disusun secara multistakeholder untuk memastikan legalitas sumber kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia .
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) dikembangkan untuk mendorong implementasi peraturan pemerintah yang berlaku terkait perdagangan dan peredaran hasil hutan yang legal di Indonesia
Mengapa SVLK ?
Sistem verifikasi legalitas kayu diterapkan di Indonesia untuk memastikan agar semua produk kayu yang beredar dan diperdagangkan di Indonesia memiliki status legalitas yang meyakinkan. Konsumen di luar negeri pun tidak perlu lagi meragukan legalitas kayu yang berasal dari Indonesia. Unit manajemen hutan tidak khawatir hasil kayunya diragukan keabsahannya. Industri berbahan kayu yakin akan legalitas sumber bahan baku kayunya sehingga lebih mudah meyakinkan para pembelinya di luar negeri.
Apa Latar Belakang yang Melandasi Penerapan SVLK?
Komitmen Pemerintah dalam memerangi pembalakan liar dan perdagangan kayu illegal. Perwujudan good forest governance menuju pengelolaan hutan lestari. Permintaan atas jaminan legalitas kayu dalam bentuk sertifikasi dari pasar internasional, khususnya dari Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang dan Australia. Sebagai bentuk "National Insentive" untuk mengantisipasi semakin maraknya permintaan skema sertifikasi legalitas kayu dari negara asing, seperti skema FSC, PEFC, dsb.
Apa Manfaat SVLK?
  • Membangun suatu alat verifikasi legalitas yang kredibel, efisien dan adil sebagai salah satu upaya megatasi persoalan pembalakan liar.
  • SVLK memberi kepastian bagi pasar di Eropa, Amerika, Jepang, dan negara-negara tetangga bahwa kayu dan produk kayu yang diproduksi oleh Indonesia merupakan produk yang legal dan berasal dari sumber yang legal.
  • Memperbaiki administrasi tata usaha kayu hutan secara efektif.
  • Menjadi satu-satunya sistem legalitas untuk kayu yang berlaku di Indonesia
  • Menghilangkan ekonomi biaya tinggi.
  • Peluang untuk terbebas dari pemeriksaanpemeriksaan yang menimbulkan ekonomi biaya tinggi.
Apa Tujuan SVLK?
  • Membangun suatu alat verifikasi legalitas yang kredibel, efisien dan adil sebagai salah satu upaya mengatasi persoalan pembalakan liar.
  • Memperbaiki tata kepemerintahan (governance) kehutanan Indonesia dan untuk meningkatkan daya saing produk kehutanan Indonesia.
  • Meningkatkan daya saing produk perkayuan Indonesia
  • Mereduksi praktek illegal logging dan illegal trading
  • Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Apa Prinsip SVLK?
  1. Tata Kelola Kehutanan yang baik (Governance)
  2. Keterwakilan (Representatif)
  3. Transparansi/keterbukaan (Credibility)
Kapan mulai diberlakukan SVLK?
SVLK mulai berlaku sejak 1 September 2009.
Siapa Pelaku Utama dalam SVLK
  1. Kementerian Kehutanan sebagai pembuat kebijakan, fungsi pembinaan, menetapkan LP-PHPL atau LV-LK, unit pengelola informasi VLK
  2. Komite Akreditasi Nasional, melakukan akreditasi terhadap LP-PHPL dan LV-LK
  3. LP-PHPL & LV-LK, melakukan penilaian kinerja PHPL dan/atau melakukan verifikasi legalitas kayu berdasarkan sistem dan standar yang telah ditetapkan pemerintah
  4. Auditee (Unit Managemen), pemegang izin atau pada hutan hak yang berkewajiban memiliki sertifikat PHPL (S-PHPL) atau Sertifikat Legalitas Kayu (S-LK)
  5. Pemantau Independen, masyarakat madani baik perorangan atau lembaga yang berbadan hukum Indonesia, yang menjalankan fungsi pemantauan terkait dengan pelayanan public di bidang kehutanan seperti penerbitan S-PHPL/S-LK
Apa dasar hukum pelaksanaan SVLK?
  1. UndangUndang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
  2. Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2007 jo. No.3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan
  3. Peraturan menteri kehutanan No. 38/menhut-II/2009 junto Permenhut P.68/Menhut-II/2011 junto Permenhut P.45/Menhut-II/2012, junto Permenhut P.42 /Menhut-II/2013 tentang Standard an Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu pada Pemegang izin atau pada Hutan Hak
  4. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan No.P.6/VI-BPPHH/2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilain Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi dan Verifikasi Legalitas Kayu
Siapa yang harus menerapkan VLK?
  1. Pemegang izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam (HA/Hutan Tanaman Industri (HTI), Rehabilitasi Ekologi (RE)
  2. Hutan kemasyarakatan, hutan desa, hutan tanaman rakyat
  3. Pemilik hutan hak (hutan rakyat)
  4. Pemilik Ijin pemanfaatan kayu (IPK)
  5. Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan (IUIPHHK) dan Industri lanjutan (IUI Lanjutan) dan Tanda Daftar Industri (TDI)
Apa yang disebut kayu legal?
Kayu disebut legal jika kebenaran asal kayu, ijin penebangan, system dan prosedur penebangan, administrasi dan dokemtasi angkutan, pengelohan, dan perdagangan atau pemindahtangannya dapat dibuktikan memenuhi semua persyaratan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
Siapa yang dapat melakukan audit VLK?
Audit verifiasi legalitas kayu (VLK) dilakukan oleh Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) dan ditetapkan oleh SK Menteri Kehutanan sebagai Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu (LV-LK)
Standar Legalitas SVLK
Sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor P.8/VI-BPPHH/2012 tentang Standard dan Pedoman Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Verifikasi Legalitas Kayu, SVLK memiliki delapan standar legalitas kayu, yaitu :
1.  Standar verifikasi legalitas kayu pada hutan negara yang dikelola oleh pemegang izin dan pemegang hak pengelolaan
2.  Standar verifikasi legalitas kayu pada hutan negara yang dikelola oleh masyarakat (HTR, HKm, HD)
3.  Standar verifikasi legalitas kayu pada hutan hak
4.  Standar verifikasi legalitas kayu pada pemegang IPK
5.  Standar verifikasi legalitas kayu pada pemegang IUIPHHK dan IUI
6.  Standar verifikasi legalitas kayu pada TDI (Tanda Daftar Industri)
7.  Standar verifikasi legalitas kayu pada industry rumah tangga dan pengrajin
8.  Standar verifikasi legalitas kayu pada TPT
Wajib atau Sukarela ?
SVLK diterapkan secara wajib (mandatory) untuk meningkatkan efisiensi pengelolaan hutan dan menjaga kredibilitas legalitas kayu dari Indonesia. Seperti halnya di atur dalam Peraturan Menteri Perdagangan No 64 Tahun 2012 bahwa ada 40 jenis produk berbasis kayu 16 di anataranya per 1 Januari 2013 wajib memiliki sertifikat SVLK sedangkan 14 yang lainnya per 1 Januari 2012. Bagi unit manajemen yang telah mendapatkan sertifikasi lacak balak (Chain of Custody/CoC), sertifikasi SVLK tetap wajib.
Apa Saja Kegiatan Pelaksanaan Verifikasi Legalitas Kayu?
Kegiatan pelaksanaan verifikasi legalitas kayu terdiri dari :
-  Permohonan verifikasi
-  Perencanaan verifikasi
-  Pelaksanaan verifikasi
-  Penerbitan sertifikat legalitas dan sertifikasi ulang:
-  Penilikan
-  Audit khusus
Berapa lama sertifikat legalitas kayu berlaku?
  • Sertifikat VLK bagi pemegang IUPHHK-HA/HT/RE/Pemegang hak pengelolaan, IUPHHK-HTR/HKM/HD/HTHR/IPK, IUIPHHK, IUI dengan modal investasi lebih dari Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan, dan TPT berlaku selama 3 (tiga) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan penilikan (surveillance) sekurang-kurangnya 12 bulan sekali.
  • Sertifikat LK bagi IUI dengan investasi sampai dengan Rp500.000.000.- (lima ratus juta rupiah) di luar tanah dan bangunan, TDI dan industri rumah tangga/pengrajin dan pedagang ekspor berlaku selama 6 (enam) tahun sejak diterbitkan dan dilakukan penilikan (surveillance) sekurang-kurangnya 24 bulan sekali.
Kapan proses re-sertifikasi atau sertifikasi ulang dilakukan?
  • Resertifikasi dilakukan sebelum berakhirnya masa aktif Sertifikat LK;
  • Terhadap kepemilikan S-LK yang diperoleh secara kolektif, verifikasi pada proses re-sertifikasi dilakukan terhadap anggota kelompok yang telah diverifikasi awal maupun pada penilikan, dan terhadap anggota yang belum diverifikasi pada proses verifikasi awal maupun pada penilikan, dengan jumlah yang sama dengan jumlah anggota yang diverifikasi awal, dan dipilih menggunakan pendekatan random sampling;
  • Pengajuan re-Sertifikasi LK dilakukan selambat-lambatnya 6 bulan sebelum masa berlaku berakhir;
  • Biaya resertifikasi merupakan beban pemegang izin
Apakah Surveillance?
  • Surveillance merupakan pengawasan yang dilakukan oleh auditor dan dilakukan setiap 1 tahun sekali dan selambat-lambatnya 12 bulan sejak terbitnya S-LK;
  • Jika pemegang izin, pemegang hak pengelolaan atau pemilik hutan hak menghendaki penilikan dilakukan oleh LVLK (Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu) selain yang menerbitkan S-LK, maka dilakukan verifikasi dari awal;
  • Keputusan hasil penilikan dapat berupa kelanjutan, pembekuan atau pencabutan S-LK.
  • Jika terdapat perubahan standar verifikasi LK, pada pelaksanaan peni­likan LVLK wajib melakukan verifikasi untuk mengetahui pemenuhannya;
  • Terhadap kepemilikan S-LK yang diperoleh secara kolektif, penilikan dilakukan terhadap anggota kelompok yang belum diverifikasi pada pro-ses verifikasi awal dan/atau penilikan sebelumnya, dengan jumlah yang sama dengan jumlah anggota yang diverifikasi awal, dan dipilih menggu­nakan pendekatan random sampling.
Apa itu tanda V- Legal?
Tanda V-Legal adalah tanda yang dibubuhkan pada kayu, produk kayu, atau kemasan, yang menyatakan bahwa kayu dan produk kayu telah memenuhi standar PHPL atau standar VLK yang dibuktikan dengan kemepemilikan S-PHPL atau S-LK
Penggunaan tanda V-Legal diatur dalam pedoman penggunakan tanda V-Legal
Apa itu Dokumen V-Legal?
Dokumen lisensi ekspor produk kayu yang berlaku untuk 48 HS-Code. Dokumen V-Legal diterbitkan oleh LVLK dan diterbitkan untuk setiap invoice, bagi ETPIK yang telah memiliki S-LK atau melakukan inspeksi bagi yang belum memiliki S-LK
Dokumen V-Legal berlaku sampai dengan 4 bulan sejak tanggal diterbitkan
Apa yang disebut kayu legal?
Kayu disebut SAH/LEGAL jika memenuhi kebenaran asal kayu, Ijin, Penebangan, Sistem dan Prosedur Penebangan, Administrasi dan
Dokumen Angkutan, Pengolahan, Perdagangan/ pemindahtanganannya dapat dibukdkan memenuhi semua persyaratan legal yang berlaku
Artikel diambil dari
http://silk.dephut.go.id/index.php/info/vsvlk/3