Senin, 21 Desember 2020

HUTAN RAKYAT NGRAYUN

 


KESALAH-KAPRAHAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI MEDIA SOSIAL

Pengertian biopori yang benar adalah pori tanah berbentuk liang yang hanya bisa terbentuk oleh penembusan akar atau aktivitas meso dan makro fauna tanah; tidak mungkin bisa dibuat dengan teknologi secanggih apapun. Jaringan biopori lah yang dapat memperlancar air meresap ke dalam tanah melalui permukaan tanah (proses infltrasi air) ke segala arah, terutama arah ke samping, karena kandungan air tanah makin besar dengan kedalaman (makin ke dalam). Sekeliling biopori yang dibuat oleh akar (rhizosphere) dan yang dibuat oleh fauna tanah (drillosphere) dihuni oleh keanekaragaman mikroba tanah yang memanfaatkan sisa akar dan fauna tanah menghasilkan senyawa organik yang memperkuat liang, dan memroses air yg lewat tersimpan menjadi cadangan air mineral dalam tanah. Cadangan air ini terus bergerak secara perlahan (base flow) menuju tempat yang lebih rendah, kelebihannya akan keluar sebagai mata air mengisi badan2 air seperti sumur, kolam, situ, waduk, danau, dan sungai; serta menahan intrusi air laut ke daratan. Sebagian cadangan air tanah akan bergerak ke atas secara kapilaritas untuk menjaga kelembaban tanah untuk: memenuhi kebutuhan air tanaman dan biodiversitas tanah, memelihara daya dukung tanah, serta menghindari keamblesan (subsidence) dan keretakan tanah yang dapat memicu longsor dan kerusakan bangunan.

Kunci keberhasilan teknologi LRB adalah terbentuknya biopori oleh aktivitas biodiversitas tanah yang memerlukan sampah organik sebagai makanan mereka yang dimasukkan dalam LRB. Dinding lubang LRB merupakan perluasan permukaan tanah yang dapat meresapkan air ke segala arah melalui dinding lubang di mana fauna tanah harus dapat keluar masuk untuk mengambil sampah organik dalam lubang.
Kekeliruan utama yang sering dilakukan adalah:
(1) memasang casing potongan pipa paralon dengan alasan untuk memperkuat dinding lubang.
Sependek apapun potongan pipa paralon yang dipasang dapat menyumbat pori tanah. Air yang masuk ke dalam LRB akan meresap ke dalam tanah melalui dinding LRB menggantikan udara yang ada dalam pori kosong. Udara yang digantikan harus bisa keluar dan yang terbanyak melalui dinding lubang dekat mulut lubang, dapat diamati dengan keluarnya gelembung udara dekat mulut lubang. Demikian juga aktivitas fauna tanah yang tertinggi berada pada lapisan atas tanah (top soil). Jadi mulut LRB seharusnya cukup diperkuat dengan adukan semen-pasir setebal dan selebar 2-3 cm.
(2) Tidak terus diisi sampah organik.
Lubang harus segera diisi sampah organik untuk menarik dan memberi makan meso dan makro fauna tanah yang mampu memperkecil sampah, mencampurkannya dengan mikroba dalam proses pelapukan dan pengomposan secara alami menghasilkan kompos padat dan cair di dalam lubang; sebagiannya akan tersebar sekitar dinding lubang melalui jaringan biopori yang hanya bisa dibuat oleh meso dan makro fauna tanah. Sampah organik harus selalu ditambahkan sampai mulut lubang untuk menyaring sedimen yang terangkut air limpasan dan menghindari sinar matahari masuk supaya tidak terjadi pertumbuhan lumut yang menyumbat pori dinding LRB; serta mencegah kehilangan air menguap melalui mulut lubang. Jadi bila jumlah sampah organiknya kurang untuk memenuhi lubang, sampah dimasukkan sebagai saringan di permukaan mulut lubang. Cairan kental (air lindi) yg keluar saat sampah melapuk dan kapang (fungi) yang hidup merupakan perekat butiran tanah sekeliling dinding lubang, sehingga tidak mudah ambrol meskipun tidak dipasangi casing pipa paralon.
(3) Tidak dilengkapi alur air.
LRB harus dibuat di dasar alur air untuk mengarahkan aliran permukaan masuk ke dalam rangkaian lubang. Jadi LRB tidak dibuat acak terpisah. Alur air bisa dibuat di sisi jalan, sisi batas lahan/pagar, sekeliling batang pohon, kucuran atap. Pada lahan miring alur air harus dibuat memotong arah kemiringan lahan. Selain untuk mengarahkan limpasan air masuk ke dalam LRB, alur air juga untuk menghindari kemungkinan kaki terperosok.
(4) Diameter lubang terlalu besar.
Berdasarkan hasil rangkaian penelitian ilmiah yang panjang, diameter lubang yang disarankan cukup 10 cm, dengan perhitungan beban resapan/pengomposan yg cukup kecil yaitu 2,5 cm ketebalan air/bahan kompos. Peningkatan diameter lubang akan meningkatkan beban resapan/pengomposan, sehingga laju peresapan air/laju pengomposan semakin lambat. Volume air yang terlalu banyak pada lubang yang lebih besar mengakibatkan beban peresapan yang besar, dinding lubang menjadi jenuh, jadi harus dipasangi casing supaya dinding lubang tdk ambrol. Misalnya biopori jumbo perlu diperkuat dengan casing ember plastik, sumur injeksi dengan pipa diameter 30 cm, sumur resapan dengan casing beton diameter 100 cm; meskipun dindingnya di-lubang2i. Pemasangan casing akan menghambat peresapan air ke samping karena tertutupnya sebagian besar pori dinding lubang, dan menghambat pembentukan biopori oleh biodiversitas tanah.

Penulis : Kamir R. Brata