Senin, 24 Mei 2021

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kinerja Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) di UD Sumber Rejeki Kecamatan Ngrayun Kabupaten Ponorogo.

Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Kinerja Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) di UD Sumber Rejeki, Ngrayun, Ponorogo.
Pada Rabu, 19 Mei 2021 tim wilayah kerja Ponorogo Cabdin Kehutanan Wilayah Pacitan yang terdiri dari Pengendali Ekosistem Hutan (Getry Saputra), Penyuluh Kehutanan (Hery PW) dan Pengolah Data (Tavif Bambang Irianto) melaksanakan kegiatan monev kinerja IUIPHHK dengan objek UD Sumber Rejeki yang beralamat di Dusun Krajan, Desa Ngrayun, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo sebagai pemegang IUIPHHK Nomor : P2T/30/14.02/01/IV/2015 Tanggal 7 April 2015 dengan kapasitas produksi berupa Kayu Gergajian sebesar 2.000 m3/tahun.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bentuk pelaksanaan tugas monitoring dan evaluasi kinerja industri primer hasil hutan sesuai amanah Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 48 Tahun 2018.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai media pembinaan, komunikasi dan koordinasi sekaligus untuk mengukur tingkat kepatuhan pemegang IUIPHHK dalam pemenuhan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku, sehingga dapat mendukung terwujudnya tertib penatausahaan hasil hutan dan menciptakan iklim usaha yang sehat dan kompetitif.








Selasa, 18 Mei 2021

Aren (Arengan pinnata Merr)

       


Sumber daya kehutanan merupakan potensi alam biotik yang memiliki peran, serta fungsi penting dalam berbagai bidang kehidupan, antara lain dalam bidang lingkungan industri, bidang pariswisata, dan bidang ekonomi. Dewasa ini sebagian besar masyarakat sering beranggapan bahwa hutan identik dengan hasil kayunya saja, padahal apabila ditelusuri lebih lanjut hutan juga banyak menyimpan pontensi hasil hutan bukan kayu yang tak kalah melimpah.

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) atau biasa disebut Hasil Hutan Non Kayu (HHNK) merupakan semua benda biologis termasuk jasa lingkungan yang berasal dari hutan atau tegakan hutan, kecuali produk berupa kayu. Definisi lain yang mengartikan HHBK adalah Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 35 Tahun 2007. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunannya dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan.

Aren (Arengan pinnata Merr) adalah pohon serbaguna yang sejak lama telah dikenal menghasilkan bahan-bahan industri. Hampir semua bagian fisik dan produksi tumbuhan ini dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Kegunaan aren dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat baik di dalam maupun di sekitar hutan melalui penggunaan secara tradisional, tetapi tumbuhan ini kurang mendapat perhatian unuk dikembangkan.

Salah satu hasil dari aren ini adalah nira aren yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Pemanfaatan produksi nira sebagai minuman segar atau sebagai bahan baku pengolahan gula telah banyak melibatkan dan memberikan manfaat kepada masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Disisi lain distribusi dan pengemasan gula aren belum bisa dikembangkan dengan sempurna lantaran masih menggunakan cara yang tradisonal.


        Bunga jantan aren merupakan penghasil nira untuk bahan baku gula merah, cuka dan tuak. Bunga betina jadi buah kolang-kaling. Ijuknya sampai sekarang masih merupakan komoditas ekspor yang cukup penting. Lidinya untuk sapu yang lebih kuat dari sapu lidi kelapa. Daun mudanya jadi pembungkus rokok. Kayu bagian luar batang yang keras, kuat dan awet; merupakan bahan tangkai cangkul dan kapak dengan kualitas terbaik. Kayu aren ini di Jawa Tengah disebut ruyung.


        Ijuk merupakan serabut, yang tumbuh dari tepi pelepah daun yang menempel di batang aren. Di empelur pelepah daun itu ada serat putih dalam berbagai ukuran yang sangat kuat. Dulu, serat pelepah aren digunakan sebagai jerat burung tekukur. Di permukaan kulit pelepah daun dan batang aren, tumbuh bulu-bulu halus, yang di Jawa Tengah disebut kawul. Sebelum ada korek api, kawul adalah bahan pembuat api, bersama batu api dan baja. Baja (titikan), digoreskan ke batu api, hingga timbul percikan api. Percikan api itu diarahkan ke kawul yang dengan cepat akan terbakar. Teknik membuat api ini cukup menarik bagi milenial, apabila dipraktekkan langsung di bawah pohon aren.

        Belum banyak yang tahu bahwa gula aren yang dihasilkan dari pengolahan nira aren memiliki segudang manfaat, di antara lain dapat mencegah penyakit kanker dikarenakan gula aren memiliki kandungan vitamin C yang sangat tinggi sehingga mampu menangkal berbagai radikal bebas penyebab penyakit kanker, mengatasi masalah anemia karena gula aren mengandung zat besi yang bermanfaat meningkatkan produksi sel darah merah sehingga masalah anemia bisa teratasi, menghaluskan kulit karena mengandung niasin yang baik untuk kulit, meningkatkan sistem kekebalan tubuh karena kandungan antioksidan yang tinggi, dan masih banyak manfaat lainnya.