Senin, 13 April 2020

METODE PENJARANGAN POHON

Penjarangan pohon merupakan tindakan pengurangan jumlah batang per satuan luas untuk mengatur kembali ruang tumbuh pohon dalam rangka mengurangi persaingan antarpohon dan meningkatkan kesehatan pohon dalam tegakan. Pada umumnya, untuk jenis pohon yang cepat tumbuh dilakukan penjarangan pada umur 3-4 tahun, sedangkan pada jenis yang lambat tumbuh dilakukan penjarangan pertama kali pada umur 5-10 tahun.
Pada dasarnya penjarangan adalah suatu upaya pemeliharaan yang dilakukan manusia pada tegakan pohon dalam suatu areal hutan.Penjarangan dilakukan di hutan tanaman, tetapi tidak untuk hutan alam.
Tujuan penjarangan adalah menciptakan keseimbangan antara kepentingan biologi dari pohon dan kepentingan ekonomi untuk memperoleh hasil yang maksimal di kemudian hari. Penjarangan dilakukan agar tercipta fase-fase pertumbuhan secara baik yang meliputi fase semai (seedling/youngstage), fase pancang, sapihan (saplings/thickets), fase tiang (poles/pole stage), dan fase pohon (trees/timber and old timber stage).
Tindakan penjarangan dilakukan pada fase tiang dan pohon dengan menebang sebagian pohon, sehingga produksi kuantitatif semata-mata diarahkan ke produksi kualitatif. Dalam silvikultur, ada beberapa konsep dasar tentang penjarangan.
Metode penjarangan merupakan salah satu pertimbangan dalam melakukan penjarangan, selain waktu dan intensitas cahaya. Waktu pertama kali penjarangan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas tegakan hutan alam di kemudian hari, walaupun ada faktor lain yang juga mempengaruhi, seperti faktor cahaya.
Dasar pemilihan diadakan atau tidaknya penjarangan tergantung dari: kepentingan hasil, jenis pengelolaan dan kebutuhan pasar. Berdasarkan kepentingan hasil, melihat volume total, kualitas dan volume perpohon. Guna melihat volume total untuk hasil, tidak perlu dilakukan penjarangan, sedangkan untuk kepentingan kualitas dan volume perpohon, untuk vinir, kayu lapis (ply wood), kayu gergajian (saw mill) dilakukan penjarangan.
Untuk pengetahuan bersama, terdapat 6 metode pokok penjarangan yaitu penjarangan rendah, penjarangan tajuk, penjarangan seleksi, penjarangan mekanis, penjarangan bebas dan penjarangan jumlah batang.
PERTAMA, penjarangan rendah, dilakukan dengan cara menebang pepohonan kelas bawah. Tujuannya untuk membebaskan pepohonan dominan dan pohon kodominan dari pengaruh persaingan dengan kelas pohon yang lebih rendah. Dasar teorinya adalah terjadinya persaingan cukup berarti antara pohon kelas tajuk lebih rendah dengan pohon kelas dominan dan kodominan. Pohon kelas tajuk rendah menggunakan air dan hara dalam jumlah banyak sehingga merugikan pertumbuhan pohon dominan dan kodominan. Jumlah pohon yang ditebang pada penjarangan ini bervariasi antara 5% dan 40%. Pelaksanaan penjarangan harus secara bertahap. Penjarangan dimulai dengan menebang seluruh pohon kelas tajuk paling bawah, kemudian diikuti penebangan seluruh pohon kelas tajuk atasnya, demikian seterusnya hingga kebutuhan lingkungan tumbuh terpenuhi sesuai tujuan penjarangan.
KEDUA, penjarangan tajuk, dilakukan dengan cara menebang pepohonan kelas tajuk atas (pohon dominan dan kodominan) yang tidak bernilai komersial, tujuannya agar pohon dominan dan kodominan yang bernilai komersial dapat tumbuh dengan baik. Pohon kelas tangan (intermediate) yang menghalangi pertumbuhan pohon bernilai komersial juga ditebang. Oleh karena itu, penjarangan tajuk disebut juga penjarangan tinggi, Dasar teori penjarangannya adalah bahwa pepohonan dengan kelas tajuk atas yang tidak bernilai komersial menjadi pesaing yang cukup berarti untuk pepohonan komersial dalam memperoleh cahaya matahari, unsur hara, dan kebutuhan ruang tumbuh yang optimal.
KETIGA, penjarangan seleksi, dilakukan dengan cara menebang semua pohon nyang termasuk kelas pohon dominan. Tujuannya agar pohon bernilai komersial dalam kelas pohon kodominan dan tengahan dapat tumbuh dengan baik. Pohon kodominan dan pohon tengahan yang tidak ditebang diharapkan menjadi penyusun utama tegakan dan akan dipanen untuk masa yang akan datang. Pada tegakan seumur, penerapan penjarangan seleksi sangat bermanfaat untuk mengatur pertumbuhan tegakan dengan cara menebang pepohonan yang memiliki kecenderungan tumbuh terlalu cepat dan menekan pertumbuhan pohon lainnya.
KE EMPAT, penjarangan mekanis dilakukan tanpa melihat posisi tajuk pohon dalam tegakan. Cara penjarangannya dilakukan pada tegakan muda dan seumur yang baru saja dimuali penjarangan. Pada tegakan muda dan seumur biasanya memiliki perbedaan tajuk yang tidak besasr, sehingga belum ada pembagian kelas tajuk pohon. Dasar yang digunakan untuk melakukan penjarangan adalah berdasarkan jarak pohon. Oleh karena itu ada dua macam pola penjarangan mekanis, yaitu penjarangan selang (spacing thinning) dan penjarangan jalur (row thinning). Penjarangan selang dilakukan dengan pedoman jarak antarpohon, sehingga pohon dengan jarak tertentu dipertahankan untuk tidak ditebang dalam penjarangan, sedangkan pohon lainnya ditebang agar pohon yang tidak ditebang mendapatkan ruang tumbuh yang layak utnuk pertumbuhan optimalnya. Penjarangan jalur atau penjarangan baris dilakukan dengan cara menebang pepohonan pada beberapa baris tertentu, sehingga akan membentuk jalur yang dapat berfungsi sebagai jalan keluiar masuk peralatan berat. Jadi, prinsipnya hanya dilakukan pada penjarangan awal, sedangkan penjarangan berikutnya dapat menggunakan metode lain.
KELIMA, penjarangan bebas, dilakukan tanpa memperhatikan posisi tajuk suatu pohon atau jarak pohon. Pada prinsip pelaksanaanya pohon yang ditebang memiliki kualitas yang bjelak berdasarkan pengamatan kesehatan, bentuk batang, karakteristik percabangan, dan lain sebagainya. Dengan demikian pohon yang terkana serangan hama dan penyakit, pohon berbatang bengkok (mengular maupun membusur), pohon yang tumbuh kerdil, pohon dengan batang patah harus ditebang pada penjarangan bebas.
KE ENAM, penjarangan jumlah batang.Penjarangan jumlah batang merupakan metode yang sering dan umum digunakan di Indonesia. Metode ini diciptakan oleh Hart tahun 1929 (Manan, 1976), sehingga disebut Metode Hart. Beberapa ketentuan metode ini antara lain: (a) penjarangan dilakukan menurut jumlah batang dan mencari perbandingan yang baik antara jumlah batang dengan ruang tempat tumbuh yang diperlukan untuk pertumbuhan pohon, (b) pohon yang baik supaya diberi ruang tumbuh memadai untuk pertumbuhannya, (c) kekerasan penjarangan dinyatakan dengan derajat penjarangan, yakni perbandingan antara jarak antar pohon dengan tingginya pohon peninggi. Pohon peninggi adalah rata-rata tinggi pohon dari 100 pohon tertinggi tiap hektar yang tersebar merata.
"...When we heal the earth, we heal ourselves..."
Indonesia, 6 April 2020

Rabu, 08 April 2020

MENJAGA KESUBURAN TANAH DEMI LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

Tanah merupakan bagian terpenting di Bumi yang menjadi tempat manusia, hewan, dan tumbuhan hidup. Indonesia yang terkenal sebagai negara dengan tanah tersubur menjadi satu keuntungan dimana berbagai macam tanaman bisa ditanam di Indonesia. Namun, saat ini kualitas tanah sedikit berkurang karena semakin banyaknya penggunaan pupuk kimia yang sangat merugikan bagi kesuburan tanah jangka panjang.
Tanah yang subur adalah tanah yang mengandung unsur hara, air, dan bahan pendukung lain dalam komposisi yang pas sehingga mampu dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman.Namun kondisi tanah juga memiliki potensi kerusakan, sehingga perlu dijaga untuk mempertahankan kesuburannya. Kerusakan tanah ditandai dengan tingkat kesuburannya yang berkurang.
Meskipun tanah memiliki kemampuan dalam memperbaiki dirinya dari kerusakan, namun tanah tetap membutuhkan upaya khusus untuk membantu perbaikan kondisinya. Upaya khusus tersebut bisa dilakukan dengan beberapa cara dan kita dapat melakukannya demi lingkungan yang lebih berkelanjutan.
PERTAMA : Pemupukan. Upaya pemupukan bisa dilakukan untuk menambah unsur hara yang terkandung dalam tanah. Hal ini karena kualitas tanah akan semakin menurun jika tidak didukung penambahan unsur secara manual. Pemupukan sebaiknya dilakukan dengan bahan organik, seperti pupuk kompos atau pupuk hijau. Pemupukan juga akan memperbaiki tekur dan struktur tanah sehingga tanaman akan tumbuh lebih optimal.
KEDUA : Penghijauan. Upaya ini sangat efektif dalam menjaga kesuburan tanah. Penghijauan yang dimaksud adalah upaya untuk penanaman kembali lahan-lahan yang sudah tidak memiliki vegetasi. Penghijauan ini bertujuan untuk menghambat perusakan lapisan atas tanah oleh air hujan, memperkaya bahan organik, dan menghambat laju erosi. Penghijauan dapat diakukan dengan menanam bibit pepohonan jenis kayu yang cukup rindang. Dengan penghijauan, akan didapat juga hasil lainnya, seperti kayu maupun buah yang dihasilkan.
KETIGA : Pengolahan Tanah. Pengolahan tanah perlu dilakukan pada tanah yang sudah mulai kehilangan kesuburannya akibat sudah lama tidak digunakan untuk bercocok tanam. Pengolahan tanah bisa dilakukan dengan menggemburkan tanah menggunakan sekop atau cangkul. Penggemburan tanah bertujuan untuk memperbaiki tekstur dan struktur tanah agar kondisi tanah bisa untuk menampung air dan unsur hara lebih optimal. Selain itu penggemburan juga akan membantu pertumbuhan bibit tanaman yang akan ditanam.
KEEMPAT: Pengairan dan Pengendalian Gulma. Melakukan pengairan tanah secara rutin akan membantu menjaga kesuburan tanah. Kandungan hara akan tetap terjaga jika kandungan air dalam tanah terus tercukupi. Selain pengendalian gulma juga penting untuk mengurangi hilangnya kesuburan tanah. gulma merupakan tanaman yang tidak memiliki manfaat dan tumbuh secara liar. Gulma bisa dikendalikan dengan dicabut maupun dengan pembalikan tanah agar gulma bisa menjadi pupuk hijau tanah.
KELIMA : Mengurangi Pencemaran Tanah. Secara tidak sadar pencemaran tanah sering dilakukan oleh banyak orang. Dengan membuang sampah yang sulit terurai di tanah akan mengakibatkan turunnya kesuburan tanah karena tekstur dan struktur tanah akan terganggu. Pembuangan sampah ini akan menyebabkan pencemaran tanah. oleh karena itu upaya ini juga sangat penting dan bisa dilakukan dengan pemilahan sampah dan mendaur ulang sampah.
KEENAM : Rotasi Tanaman dan Tumpangsari. Upaya melakukan rotasi tanaman ini sangat membantu menjaga kesuburan tanah. Upaya ini dilakukan dengan memvariasikan jenis tanaman pada tiap pergantian musim tanam. Jika hanya ditanami satu jenis tanaman secara terus-menerus maka tanah akan jenuh dan kandungan unsur hara tertentu akan terus berkurang. Oleh karena itu, upaya ini efektif untuk mencegah berkurangnya jenis unsur hara tertentu dalam tanah. Selain itu dengan metode tumpangsari ketersediaan hara dalam tanah akan terus tersedia selama tanaman yang ditanam mampu bersimbiosis untuk menghasilkan unsur hara tertentu.
"...When we heal the earth, we heal ourselves..."
Indonesia, 7 April 2020